Lampung Tengah, Senopatinews.com
Kelurahan Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah berada di sisi Selatan Gunung Sugih. Nama SIMBARWARINGIN menurut para sesepuh berasal dari dua kata yaitu: SIMBAR (nama sejenis pohon) dan Waringin dari kata RINGIN (Jawa) dalam bahasa Indonesia berarti BERINGIN (pohon Beringin).
Konon di komplek Taman Pemakaman Umum (TPU) Simbarwaringin yang berada di tepi jalan raya Tegineneng – Metro, terdapat pohon SIMBAR yang tumbuh menyatu dengan pohon RINGIN (Beringin). Pohon tersebut kerap menjadi perhatian warga yang melihat, selain karena ukurannya yang besar juga langka dan unik.
Keunikan pohon SIMBAR dan RINGIN yang tumbuh menyatu itu akhirnya menjadi ‘tembang lambe’ (pembicaraan) warga yang melihat. Berdasar pada pohon unik yang viral tersebut maka para sesepuh desa sepakat memberi nama desa yg baru mereka buka SIMBAR-RINGIN atau Simbar wa Ringin (Simbar dan Ringin)
Perkampungan Simbarwaringin berdasarkan catatan dalam manuskrip desa dibuka sekitar tahun 1935 melalui program Kolonisasi di masa Pemerintah Kolonial Belanda. Sebelum bernama Simbarwaringin desa ini oleh pemerintah Kolonial Belanda diberi nama BEDENG SEBELAS (Bedeng nomor 11) disesuaikan dengan nomor urut saat pembukaannya.
Desa Simbarwaringin Bedeng 11 secara resmi dibuka pada Tahun 1935 atau tepatnya pada Tanggal 22 Suro (Muharam) tahun 1935. Perkampungan Simbarwaringin Bedeng 11 saat pertama dibuka terdiri dari 6 (enam) blog yaitu : 11 A, 11 B, 11 C, 11 D, 11 E dan 11 F.
Berdasarkan catatan manuskrip desa dan informasi dari para sesepuh diketahui Kepala desa pertama SIMBARWARINGIN BEDENG 11 bernama ATMO REDJO. Sebagai Kepala desa Pak Atmo Redjo membawahi beberapa kepala Blog yang disebut Kamituo dan beberapa Bayan (Kepala Lingkungan).
Adapun penduduk yang dibawa oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk membuka perkampungan BEDENG 11 berasal dari Pulau Jawa, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta & sebagian kecil lainnya berasal dari Jawa Barat.
Sekitar Tahun 1981 desa Simbarwaringin yang saat itu dipimpin oleh Kepala Desa MAHFUD berubah status menjadi Kelurahan. Perubahan tersebut berdasarkan adanya Surat Keputusan (SK) Bupati Lampung Tengah Tanggal 1 Januari Tahun 1981 yang sekaligus mengangkat Lurah Pegawai Negeri Sipil (PNS) pertama SARYONO, BA.
Semenjak berubah status menjadi Kelurahan (1981 hingga Agustus 2022) Simbarwaringin telah berkali-kali mengalami pergantian Lurah, adapun Lurah yang saat ini menjabat adalah ANSORI (menjabat sejak Oktober 2021).
Kelurahan Simbarwaringin memiliki luas wilayah 489,65 Ha dengan jumlah penduduk 5984 Jiwa (data kependudukan 2022), mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani yang tersebar di 7 Lingkungan dan 38 Rukun Tetangga (RT).
Simbarwaringin yang awalnya terdiri dari 6 Blog (pedukuhan) saat ini hanya tersisa 4 pedukuhan yaitu: 11 A, 11 C, 11 D dan 11 F, karena Blog 11 B (Poncowati) bergabung dengan kampung Liman Benawi sedangkan Blog 11 E berubah menjadi lahan pertanian.
Demikian sejarah singkat Kelurahan Simbarwaringin, semoga kita semua tidak pernah lupa dengan perjuangan para pendahulu kita. Betapa beratnya usaha mereka menebang hutan untuk membuka lahan pemukiman dan pertanian dalam pengawasan Pemerintah Kolonial Belanda.
Sebagai anak keturunan warga Kolonisasi dan sebagai warga Simbarwaringin maka tugas kita bersama melanjutkan perjuangan para pendahulu kita untuk membangun Simbarwaringin lebih maju, aman, makmur, beretika dan berbudaya.
“Bangsa yang besar adalah Bangsa yang tidak lupa perjuangan pendahulunya (Pahlawannya)”
(@ julie Ichwan // dari berbagai sumber)
Dibacakan pada malam puncak perayaan HUT SIMBARWARINGIN KE-87 (22/08/2022)